PEMILIHAN SUDUT SERANG TERBAIK SAYAP PESAWAT AIRFOIL NACA 0013 SAAT TAKE OFFMENGGUNAKAN ANSYS FLUENT | Author : M. Fajri Hidayat, Yos Nofendri | Abstract | Full Text | Abstract :Dunia Kedirgantaraan di Indonesia yang semakin lesu, butuh Peneliti-peneliti bertalenta di bidang Aerodinamika agar bisa mengangkat kembali nama baik dan harga diri Bangsa. Penelitian saya kali ini bertemakan studi bidang aerodinamika dari potongan melintang sayap pesawat terbang type Airfoil NACA 0013 dengan mencari sudut serang yang tepat untuk Take Off. Metode yang saya gunakan dengan penerapan Simulasi CFD menggunakan Software ANSYS-Fluent versi 14.5 dengan Workbench. Hasil yang di dapat dari penelitian ini akan ditabulasikan dalam tabel dan grafik hubungan antara Gaya Lift terhadap Sudut Serang. Dengan mengambil variabel sudut serang sebanyak 9 variabel yaitu 0o, 3o, 6o, 9o, 12o, 15o, 18o, 21o, dan 24o. Dari hasil Simulasi didapat Sudut Serang terbaik untuk tipe NACA 0013 adalah 21odengan harga Gaya Lift sebesar 61,650 N. |
| PERANCANGAN AWAL PENGEMBANGAN DISAIN KAIN LORENG LORENG MILITER MOTIF HUTAN SEMAK | Author : Budiman Adi Setyawan, Lomo Mula Tua,Marsudi | Abstract | Full Text | Abstract :Kain loreng adalah pakaian seragam tempur militer yang telah lama digunakan untuk penyamaran. Sesuai dengan namanya , pakaian ini sangat penting di dalam pertempuran karena dapat menyamarkan pemakainya dengan lingkungan medan tempur . Pemilihan loreng yang tepat di dalam pertempuran akan menyebabkan musuh sukar melihat pasukan lawan karena tersamar dengan lingkungan medan tempur . Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga memiliki banyak seragam loreng yang pada umumnya bercorak flora dan fauna. Hutan di Indonesia bermacam-macam , maka sebaiknya pakaian loreng dibuat dengan berbagai motif yang sesuai dengan medan tempur yang ada. Ada pun motif yang telah dibuat antara lain corak harimau,zebra,blood wine dsb. Pada umumnya kain loreng TNI terbuat dari bahan campuran poliester/kapas 35:65% dengan konstruksi anyaman plat. Perancangan awal pengembangan kain loreng bertumpu pada perubahan komposisi bahan dan anyaman yaitu poliester/kapas 65 : 35% dengan nomor benang lusi dan nomor benang pakan Ne120. Konstruksi anyaman keper 2/1. Sedangkan nomor benang lusi kain pembanding Ne140 dan pakan Ne120 . Dari hasil pengujuan menunjukkan bahwa berat kain/m2 (210,3 g) lebih ringan dari kain pembanding (233.1 g). Kekuatan tarik kain arah lusi/ 2.5 cm (90,29 kg) lebih tinggi dari pembanding (46.40 kg). Kekuatan tarik arah pakannya (41.18 kg) lebih tinggi dari pembanding (27.97 kg). Mulur arah Lusi (27.20 %) lebih tinggi dari pembanding (21.73 %) dan mulur arah pakannya (22.80%) lebih tinggi dari pembanding (10.93 %) . Dalam hal pengujian kekuatan sobek kain,kain sampel memiliki kekuatan sobek ke arah lusi 6761 g dan pakan 5261 g dari pada kain pembanding ke arah lusi 4547 g dan ke arah pakan 3274 g. Dalam hal ketahanan luntur warna terhadap pencucian baik sampel maupun pembanding memiliki nilai yang sama yaitu 4-5 pada skala abu-abu dan penodaan sedangkan daya tahan gosok kering dan basah kain sampel 4 dan 3-4 pada skala penodaan dari pada kain pembanding yaitu 3-4 pada gosokan kering dan 2-3 pada gosokan basah pada skala penodaan. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kain sampel lebih baik dari pada pembanding dalam hal konstruksi, berat dan kekuatan serta dapat dilanjutkan dengan proses printing. |
| UJI PRESTASI REFRIGERAN R22 PADA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP DENGAN METODE PENGUJIAN AKTUAL DAN SIMULASI | Author : Haris Ramadan, A.D Cappenberg | Abstract | Full Text | Abstract :Sistem pengkondisian udara yang mengatur temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan, dalam pengoperasiannya membutuhkan refrigeran yang mudah menyerap dan melepaskan kalor. Setiap refrigeran memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang mempengaruhi efek refrigerasi dan koefeisien prestasi yang dihasilkan. R 22 adalah salah satu refrigeran yang memiliki karakteristik yang baik pada mesin pendingin. Software Genetron propertiesadalah sebuah software simulasi yang dapat menghitung aliran fluida atau refrigerant pada mesin pendingin. Genetron propertiesmelakukan simulasi termodinamika untuk siklus kompresi uap dan memberikan hasil dalam bentuk tabulasi dan pada sifat mollier diagram (h-s diagram). Pengujian prestasi refrigeran R-22 dilakukan secara aktual dan simulasi dengan menggunakan software genetron properties. Hasil pengujian dan perhitungan menunjukkan bahwa :Kerja kompresor, COP dan performance factor pada mesin pendingin kompresi uap ketika high speedadalah 0,528 kW, 8,42 dan 0,1187; saat low speedadalah 0,528 kW; 8,52 dan 0,117. COPdari hasil pengujian dengan software genetron propertiesketika high speed 2,193 saat low speed 1,415 hal ini dikarenakan mesin pendingin kompresi uap dalam keadaan tidak optimal |
| PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN MEKANIK KOMPOSIT SERAT JERAMI PADI EPOXY DAN SERAT JERAMI PADI RESIN YUKALAC 157 | Author : Andi Saidah,Sri Endah Susilowati, Yos Nofendri | Abstract | Full Text | Abstract :Penggunaan material logam untuk kebutuhan industri yang terbuat dari bahan logam mengakibatkan ketersediaan bahan baku logam di alam semakin menipis. Para peneliti terus berupaya untuk mendapatkan solusi terbaik dalam menemukan bahan alternatif pengganti logam . Sebagai bahan pengganti logam, materialtersebut harus memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan logam, antara lain sifat mekanik yang baik, tahan korosi, bahan baku mudah didapat dari alam dan memiliki sifat ramah lingkungan. Salah satu bahan yang sesuai dengan kriteria di atas adalah bahan komposit [1].Penelitian ini dilakukan menggunakan metode proses Handlay up dengan cara menata serat secara teratur tanpa celah, setelah selesai diatur kemudian resin dituang kedalam cetakan. Objek penelitian berupa serat jerami padi yang berkualitas dan dipilih yang berserat panjang,dan sebagai bahan matriks dipilih resin resin epoxy dan Resin Yukalac 157. Spesimen komposit dibuat dengan menggunakan standar ASTM D 3039/D , dan standar ASTM D 256 –03[6] . Dari hasil penelitian kompositberpenguat serat jerami padi –resin epoxy dan resin yukalac157 menunjukkan bahwa penambahan serat akan mengakibatkan peningkatan harga kekuatan impact, dan kekuatan tarik pada material komposit. Harga kekuatan tarik, dan kekuatan impact tertinggi terjadipada specimen dengan fraksi volume serat 30%, dan matrik resin epoxy 70% yaitu masing-masing 14,75 MPa untuk uji tarik , 23,52 MPa untuk uji impak, dan untuk resin yukalac157 yaitu 5,88 MPa untuk uji tarik, dan7,58 MPa uji impak. Dan untuk uji SEM terjadi void yang berdiameter rata-rata 5,228 mikrometer. |
| PENGARUH PWHT TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA HASIL PROSES MMAW DENGAN AWS A.51 E 7018/6013 | Author : Ferry Budhi Susetyo, Ahmad Kholil, Triyono, Duti Marsulan, Fachru Z.N.I. | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PWHT terhadap sifat mekanik baja karbon rendah yang menyangkut kekuatan tarik, serta nilai kekerasan. Prosedur penelitian ini di awali dengan mengelas spesimen dengan MMAW. Spesimen di buat dua variasi yaitu yang pertama dengan elektroda E 7018, kemudian spesimen kedua dengan E 6013. Kemudian dilakukan perlakuan panas PWHT 450°C dan ditahan selama 70 menit, serta didinginkan di udara. Sifat mekanik dapat diketahui setelah dilakukan pengujian tarik dan kekerasan.PWHT pada suhu 450 oC dengan waktu penahanan 70 menit dapat mengurangi kekuatan tarik serta kekerasan pada dua jenis elektroda. Penurunan kekerasan dan kekuatan tarik turun secara linear (E 7018 Non PWHT, E 7018 PWHT, E 6013 Non PWHT, sd E 6013 PWHT |
| STUDI EKSPERIMEN VARIASI PANJANG DAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP KINERJA AC | Author : Nugroho Gama Yoga, Andriyani Monica Putri | Abstract | Full Text | Abstract :Pada penelitian ini menganalisis pengaruh variasi panjang dan diameter pipa kapiler terhadap performa sistem pendingin AC. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu dengan melakukan variasi panjang dan diameter pipa kapiler pada AC split. Variasi pipa kapiler yang digunakan adalah pipa kapiler dengan panjang 1.5 m, 3 m, dan 4.5 m berdiameter 0.054 inchi dan pipa kapiler dengan panjang 1.5 m, 3 m, dan 4.5 m berdiameter 0.070 inchi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah semakin bertambah panjang pipa kapiler dan semakin kecil diameter pipa kapiler, kapasitas pendinginan evaporator, kerja kompresor, nilai COP, dan temperature pada evaporator dari sistem akan semakin kecil sehingga akan mengakibatkan efek pendinginan yang akan semakin besar. Pada variasi pipa kapiler dengan panjang 1.5 m, Ø 0.070 inchi menghasilkan nilai kapasitas pendinginan evaporator sebesar 1.23 kW, kerja kompresor 0.182 kW, temperature pada evaporator sebesar 60C, dan nilai COP sebesar 6.8. Pada variasi pipa kapiler denganpanjang 4.5 m, Ø 0.054 inchi menghasilkan nilai kapasitas pendinginan evaporator sebesar 1.01 kW, kerja kompresor 0.178 kW, temperature pada evaporator sebesar 20C, dan nilai COP sebesar 5.6. |
| PENGARUH PENGGUNAAN AIR KONDESAT SEBAGAI MEDIA PRECOOLINGKONDENSOR TERHADAP KINERJA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA | Author : Ragil Sukarno | Abstract | Full Text | Abstract :Pada sebuah sistem pengkondisi udara, terutama pada jenis AC split, air kondensat biasanya langsung dibuang dan belum dimanfaatkan. Sedangkan proses pelepasanpanas pada kondensor membutuhkan fluida dingin untuk menurunkan panas. Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmemanfaatkanair kondensat untuk media pendinginanawalataupre-cooling pada kondensor dan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja pengkondisian udaradalambentuk coefficient of performance(COP). Metode pemanfaatan air kondensat untuk precooling pada kondensor ini adalah dengan mengalirkan air kondensat di sisi masuk kondensor dengan menggunakan metode distribusi air kondensat secara grafitasi. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa suhu udara masuk ke kondensor dengan menggunakan precooling menjadi lebih rendah rata-rata sebesar 1,30 oC bila dibandingkan dengan tanpa menggunakan precooling. Penggunaan precooling memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah kalor yang dilepaskan kondensor dan peningkatan COP. Tanpa menggunakan precooling, pada pengujian 1 (suhue target 18 oC) COP adalah sebesar4.58, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat menjadi 4.71. Pada pengujian 2 ( suhue target 20oC) COP adalahsebesar4.65, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat menjadi 4.81. Sedangkan pada pengujian 3 ( suhue target 22 oC) COP adalah 4.79, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat menjadi 4.86. Dari hasilanalisiskinerjasystem pengkondisianudaradenganmenggunakan precooling, didapatkanbahwapenggunaan air kondensatsebagai media precooling memberikanpengaruhpositifterhadappeningkatan COP |
|
|